Sepanjang Pekan


Saya sudah di rumah semenjak dua bulan lalu. Ujian akhir semester sudah berlalu. Banyak yang ingin di sampaikan, mulai satu per satu.
Setelah lebaran, saya mudik ke rumah Eyang di Tawangharjo, Grobogan. Tidak lama disana, suhunya tidak cukup dingin dan Saya sedang tidak berusaha melarikan diri. Tapi memang begitu adanya kondisi geografis yang ada. Kunjungan saya bertepatan dengan waktu panen padi. Ada beberapa hal yang membuat saya berpikir kembali, mengingat beberapa bab mata kuliah yang sebagian hilang dari memory jangka panjang miik otak kecil ini. Sepertinya peradaban semakin berubah. Saya melihat mesin mesin berjalan memotong padi, memisahkan, dan memasukan buahnya dalam karung. Dalam waktu tidak lebih dari satu jam saja dua petak sawah sudah bersih. Semua pekerjaan memanen padi selesai hanya dengan sebuah mesin dengan tiga manusia sebagai pengemudinya, ini adalah pemandangan yang berbeda dalam sudut saya. Di daerah saya tinggal, orang orang masih pergi ke sawah untuk menghasilkan keringatnya. Tentu saja saat panen tiba. Semua masih menggunakan manusia, berbagi tugas. Kami menggunakan istilah babat untuk petani yang bertugas memotong pohon padi, gepyok untuk petani yang punya tugas memisahkan batang padi yang sudah di potong dengan padi utuh. Petani petani ini biasanya bekerja dengan sistem borongan. Saya jadi ingat tentang isu Industri 4.0 dimana kemajuan tekhnologi menjadi nilai dominasi. Saya kira hal ini ada kaitanyya dengan Kesejahtraan Sosial, akan sangat luas jika dibahas.
Daerah tempat Eyang tingal terkenal dengan garamnya, banyak pentani garam pada masanya. Baru baru ini saya bahkan baru menemukan fakta sejarah mengenai Kota Garam julukan yang diberikan, menjadi daerah penghasil garam terbaik pada masa colonial Belanda. Saya jadi ingin sering sering berkunjung ke sana, rumah Eyang.
Tidak banyak yang dilakukan selama libur, kecuali tidur. Saya sangat rajin melakukannya. Ingin mencoba hal baru, akhirnya saya putuskan untuk menulis surat kepada salah seorang teman di Magelang. Tidak banyak yang diceritakan, hanya memamerkan bahwa ada kucing baru di rumah, ras Anggora. Namanya Embul. Betina, punya tiga warna, abu-abu, coklat, dan putih. Dia sangat pintar dan tidak banyak bicara. Tapi tetap saja Opel yang paling tampan diantara semua. Hanya ingin memberi tahu, dirumah ada tiga kucing sekarang. Sekarang bulan July, setelah pergi ke kantor pos suratku tak kunjung tiba di tempat tujuan. Entah apa yang menyebabkan sampai sampai delay. Teman saya malah kometar “Suratnya belum dateng i,” dengan logat khas jawa yang kental. Nggak tau ya, sempet punya pikiran jangan-jangan bapak pos nggak mau nganter suratnya. Dijaman sekarang surat menyurat sudah banyak di tinggalkan, mungkin terlalu tua. Tapi saya suka. Sungguh jika benar petugas pos sengaja nggak mau mengirimkan sangat di sayangkan sekali. Saya ingin mengutuknya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Matahari

Sesama Sulung

Praktikum I