Praktikum I
(Jurnal Pribadi)
3/12
...
Kira-kira sudah tiga minggu berjalan. Kampus ditempat aku kuliah ada tiga kali tahap Praktikum. Iyaah, Praktikum I, II, dan III. Bedanya apa sama KKN? Sekarang aku masih di tahap Praktikum I, beda dengan KKN. Jika dalam KKN mahasiswa membawa program untuk desa yang ditempati sebagai lokasi praktikum, di Praktikum I ini aku hanya menganalisis data tentang Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau selanjutnya dalam UU No. 14 Tahun 2019 tentang Pekerja Sosial disebut dengan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). So, PMKS dengan PPKS sama ajaa, hanya berbeda dalam penyebutan. Buat yang belum tahu tentang apa itu PSKS dan PMKS bisa baca di Permensos RI No. 8 Tahun 2012 yahh.
Oke, aku nggak akan bahas satu-satu definisi dan segala perangkatnya tentang Praktikum II dan III. Kita fokus aja sama Praktikum I yang sedang aku jalani saat ini.
Rabu, 19 Februari 2020,
Bersama dengan ke-6 anak yang lain, aku bersiap berangkat posko. Lokasinya berada di Kecamatan Ujung Berung, Kelurahan Pasanggrahan. Kami berangkat setelah acara pelepasan di lembaga kampus, menggunakan jasa taxi online, kecuali nak-anak cowok. Yuri sama Elton pake motor. Agendanya hari ini penerimaan di Kecamatan lalu beres-beres posko. Udah cuma itu.
Eiyaa, Praktikum I ini dilakukan pada hari Rabu-Sabtu. Sisanya kembali ada di kampus karena masih punya tanggungan mata kulliah di hari senin-selasa.
Minggu pertama dihabiskan dengan agenda perkenalan dan membangun relasi dengan tokoh terkait terutama di kantor kelurahan.
Tapi baru beberapa hari berjalan, banyak yang mengeluh. Faktor eksternal memang. Kecuali aku mungkin. Banyak dari mereka yang down, beberapa dengan ingus yang turun perlahan dari hidung, suara serak basah yang khas, dan batuk yang menggelegar. Aku tidak tahu pasti apa penyebabnya. Diantara mereka, hanya aku yang terlihat baik-baik saja. Saat yang lain bertanya mengapa hanya aku yang terlihat bugar, aku hanya membela dengan,
"Ohh iya jelas. Anak Pramuka sudah terbiasa tidur beralaskan tanah dan rumput dengan beratapkan bintang,"
Aku terlalu percaya diri wqwk.
____________________________
Rabu, 26 Februari 2020
Sepertinya kata "Posko" menjadi sebuah momok baru.
...
4/12
Rabu, 11 Maret 2020
Mungkin hari ini menjadi awal bagi ku berangkat pake motor bareng Eka. Iyaa, dia dapet kiriman motor dari pakde nya yang di Cirebon. Kemungkinan besar, Eka bakal jadi temen nebeng gw. Wqwk makasiii Eka. Luv u. Rencana hari ini mau lanjutin pendataan. Eiyaa, awal Maret lalu sudah mulai pendataan, kelompok praktikum dibagi kedalam kelompok kecil lagi. Karena ada 15 RW di Kelurahan tempatku praktikum, temen-temen sepakat untuk membagi dalam tiga kelompok. Aku, Eka sama Elton dapet di wilayah kelurahan 11-15, dengan dalih Elton ada motor jadilah kami ditempatkan di lokasi yang paling jauh dari posko. It's ok to be not ok. Kita jadi sering deptil. Tapi sekarang udah enggak dong, kan udah nambah motor satu lagi. Eka. Hari selanjutkan lebih banyak dihabiskan dengan kelompok kecil. Kecuali malam.
Kamis, 12 Maret 2020
Setelah seharian bantu Bu Ira (Pendamping Lapangan kami selama praktikum) dalam penyaluran BPNT di RW 011 dan RW 009, malam diajak kumpul bareng Karta (Karang Taruna) di aula kelurahan. Rapat seluruh Karta ceunah. Oke. Kita berangkat bareng kecuali Teh Vipah dan Lia gak bisa ikut. Aku, Eka, sama Helping deptil. Elton sama Yuri. Sampai di Kantor Kelurahan, sudah ada beberapa anggota Karta yang menunggu, termasuk kang Rizky ketua Karang Taruna, Pak Satpam dan beberapa wajah lain yang belum kulihat sebelumnya. Rombonganku langsung diajak masuk ke aula. Yaa, biar lebih cepet dimulai cepet beres mereun. Aku duduk disebelah kiri Eka, sebelah kiriku Elton disusul Helping dan Yuri. Seting forum melingkar. Awalnya diskusi berjalan lancar. Hingga seorang pemuda datang ikut nimbrung di pembicaraan kami. Ngomongnya pake bahasa sunda, dan aku kurang paham. Hanya sedikit yang bisa ku tangkep maksud pembicaraanya. Tapi kok kaya ada yang salah, Yuri yang tadinya santai terlihat berbeda kali ini. Aku bisa melihat dari ekspresi raut wajahnya, dia duduk 50' derajat didepanku.
"Ton, maksud akangnya tuh apa yang bisa karta bantu apa gimana sih?"
Aku yang sedikit bingung, berbisik kepada Elton yang duduk disebelahku.
Kamis, 12 Maret 2020
Setelah seharian bantu Bu Ira (Pendamping Lapangan kami selama praktikum) dalam penyaluran BPNT di RW 011 dan RW 009, malam diajak kumpul bareng Karta (Karang Taruna) di aula kelurahan. Rapat seluruh Karta ceunah. Oke. Kita berangkat bareng kecuali Teh Vipah dan Lia gak bisa ikut. Aku, Eka, sama Helping deptil. Elton sama Yuri. Sampai di Kantor Kelurahan, sudah ada beberapa anggota Karta yang menunggu, termasuk kang Rizky ketua Karang Taruna, Pak Satpam dan beberapa wajah lain yang belum kulihat sebelumnya. Rombonganku langsung diajak masuk ke aula. Yaa, biar lebih cepet dimulai cepet beres mereun. Aku duduk disebelah kiri Eka, sebelah kiriku Elton disusul Helping dan Yuri. Seting forum melingkar. Awalnya diskusi berjalan lancar. Hingga seorang pemuda datang ikut nimbrung di pembicaraan kami. Ngomongnya pake bahasa sunda, dan aku kurang paham. Hanya sedikit yang bisa ku tangkep maksud pembicaraanya. Tapi kok kaya ada yang salah, Yuri yang tadinya santai terlihat berbeda kali ini. Aku bisa melihat dari ekspresi raut wajahnya, dia duduk 50' derajat didepanku.
"Ton, maksud akangnya tuh apa yang bisa karta bantu apa gimana sih?"
Aku yang sedikit bingung, berbisik kepada Elton yang duduk disebelahku.
"Heeh, aku juga nangkepnya gitu, jadi akangnya tuh bilang kalo karang taruna perlu melakukan apa nih buat bantu kita selama praktikum disini. Kurang lebih gitu sih senangkepku,"
Aku hanya manggut-manggut, kurasa Elton sepemikiran.
Bentar, tapi kok Yuri malah tambah nge-gas? Eiyaa, di kelompok cuma Yuri dan Teh Vipah yang asli orang sunda. Sisanya? Banyakan Jawa, dan diantara kami, Yuri yang paling vokal.
Kali ini memang bener-bener nampak raut gak menyenangkan di wajah Yuri.
Bib!
Notifikasi pesan masuk.
'HAHA HIHI MAHASISWA!' WhatsApp grup.
Aku buka,
Yuri-
"Allahumaa wkw"
"Mereka lg ngebodor"
"Kenapa cuma aing doang yg ngerti"
Afdalia-
"Ngebodor apaan?"
Teh Vipah-
"Pasti pake bahasa sunda wkwkwkk"
"Selama ini aja kalo mereka ngomong yg ngerti aku sm kamu doang yur wkwk"
Afdalia-
"Yang lain cuma ketawa ikut ketawa, cuma senyum senyum😂😂"
Yuri-
"Dia bilang mau ngahaneutkeun bonteng"
"Pas ker aya numeneran lancingan"
"Kitu"
"Kan ngakak kl liat lngsung mah"
"Tapi mereka pd diem"
Teh Vipah-
"Tulunk wkwkwkwkwk"
Yuri-
"Pulang yu guys"
Afdalia-
"Udah pulang aja"
"Enak rebahan😂"
Yuri-
"Aku gasuka liat si aa yg pake kacamata kaya sok iyeh @Eka"
Eka-
"Wkwkwk ya gimana lagi"
Yuri-
"Denger dia ngmngin yg aku aku tea kaya kita yg mau bikin masalah"
Afdalia-
"Hee kenapa?"
Eka-
"Bukan gitu wkwkwk"
Me-
"Akangnya tu bilang. Apa yang Karta bisa bantu,"
"Gitu senangkepku"
Elton-
"Sama"
Yuri-
"Ihh tar di posko aku jelasin"
"Bukaaan"
"Itu mah paham aku juga"
Obrolannya makin menjadi, lihat saja Yuri semakin vokal dengan khas sundanya. Aku tidak paham pasti apa yang sedang dibicarakan. Kamu pasti akan merasakan jika berada di posisiku. Memperhatikan, mendengar, mengartikan dan mengolah setiap kata yang keluar. Oh shitt!! Belum sempat menemukan benang merahnya mereka sudah mengganti topik pembicaraan lain. Ya Allah, gini emang ternyata belajar bahasa itu sangat perlu dan penting. Gw baru sadarr, semales ini belajar ngomong sunda.
Semakin lama memang sedikit nampak akangnya rada-rada. Sedikit yang aku tangkep, akangnya mungkin punya kres terhadap salah satu pihak yang ada dikelurahan. Dengerin akangnya ngomong, kita berlima saling pandang, mengangguk, dan paham apa yang harusnya kita lakukan. Yuri mengernyitkan matanya pada Eka. Seolah berkata "Eka bantuin gw ngomong, anjir". Aku melrik pada Eka yang siap untuk membantah perkataan akangnya, hanya saja keberanian Eka masih belum matang. Aku tahu bagaimana Eka, dia adalah pengkonsep yang sangat matang. Dilain sisi dia mungkin akan banyak diam dan mengenali keadaan. Setelahnya, dia akan mengolah dengan matang semua informasi-informasi yang didapat hingga menemukan benang merahnya. Saat itulah dia baru memberanikan diri untuk mengeluarkan semua yang telah tersusun diotaknya. Ibarat sebuah granat, dia akan meledak diwaktu yang tepat. Ya, kurang lebih begitulah Eka. Si pemikir.
Gelagat gak mengenakan terpancar jelas dari gestur anak-anak. Yuri lalu mengisyaratkan sesuatu padaku. Bibirnya bergerak ala dukun, komat-kamit baca mantra.
"Hah, naon?"
Serius aku gak paham maksdunya apa.
Bib, notifikasi masuk.
Yuri-
"Ndah, cari alesan orang tua mau kesini,"
"Buru"
Me-
"Gimana ngomongnya?"
"Nggak jago ngeles ih"
"Ganti lha, temen aja jan ortu"
Edan lehhh.. malah aku yang disuruh ngeles. Serius aku paling gak jago kalo ngeles.
Aku kembali menatap Yuri dan Helping, lihat bagaimana mereka memandangku dengan penuh harap.
Seolah mengisyaratkan bahwa aku adalah satu-satunya penyelamat mereka dari kandang babi yang tidak mengenakan. Bajigur. Aku memikirkan sebuah ide. Ayolahhh ide-ide datanglah! Ide-Ide datanglahh!!! Idee!!! Tringg!!
Lampu menyala terang di otakku, haha.
Call Lia
-Berdering
"Hallo Lia,"
"Iyaaa"
"Udah dimana?"
"Di rumah, Gimana?
"Sama siapa disitu?"
"Sendiri"
"Ohiya, kamu nunggu disitu aja dulu yaa, aku masih dikantor kelurahan. Mau ke RW 08 dulu ambil fd. Nggak papa?"
Lia lama sekali menjawab, ohiya dia pasti sedang bingung sekarang.
"Eh iyaa."
Njirr, gw pen ngakak saat itu juga. Denger suara Lia kayak orang baru di grebek.
"Nggak papa kan?"
"Iyaaa"
"Oke. Hah? Bentar tanya yang lain dulu,"
"Guys, ada yang mau nitip gak? Temen gw mau posko, lagi dijalan niii"
Sengaja aku bilang gitu didepan karta. Ketahuilah bahwa ini adalah sebuah kode keras. haha.
"Nggak Lia, udah martabak aja cukup. Nggak papa yaa, nungguin bentar?"
"Oh iyaa,"
"Oke makasii, Assalammualaikum. Hati-hati."
"Iyaa Waalaikumsalam,"
Tutt tuttt
Dengan sedikit drama, akhirnya bisa jadi alasan buat balik ke posko selain karna udah gak betah dengerin akangnya ngomong tapi emang hari udah mulai malam. Kira-kira setengah 11 lebih kita baru keluar aula, dan Lia langsung chat dong.
Bib.
Lia-
"Yang tadi maksudnya gimana sih?"
"Boongan kan?"
"Sumpah gak ngerti"
Ya Allah, diperjalanan aku ngakak sama Eka. Ngebayangin ekspresi Lia tengah malam ditelpon dengan topik tanpa kong-kalikong sebelumnya. Wqwk
Pulang dari kantor kelurahan, kami gak langsung ke posko. Memang benar soal ke RW 08 dulu, buat ambil flashdisk yang sempet dipinjem Kang Rizki. Kira-kira jam 23.00 kami baru sampai di posko.
Rabu, 25 Maret 2020
Sudah menjelang 14 hari social distancing. Rasanya seperti difilm-film. Aku masih mengkarantina diri di kos. Sempat mengalami psikosomatis. Seringkali memeriksa keningku, apakah aku demam? Hidung tersumbat sekarang menjadi hal yang menakutkan. Apakah ini gejala? Pergi belanja saja was-was. Jaga jarak. Rencana untuk pulang ke kampung halaman pun dambang batas. Antara iya, atau ku urungkan saja. Aku berharap ini akan segera berakhir.
Malam tadi temen-temen baru aja ngobrol, kapan mau pindahan posko? Eka sepertinya sudah gak sabar pengen pulang. Helping over panic, sampai gak mau keluar parno dia. Saat ini test masal menjadi pilihan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi pandemi covid19. Dari hari kehari, kasus kian menambah.Perkembangan kasus terbaru terkait situasi COVID-19 di Indonesia Rabu, 25 Maret 2020 Positif 790 jiwa dalam 24 Provinsi, Meninggal 58 jiwa dan sembuh 31 jiwa. Tingkat kematian kasus di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Dari sini kurang lebihnya bisa ku lihat, betapa kacau Negeriku, baik pola pemerintahan dan moral bangsa yang semakin menurun. Aku jadi teringat saat masing penggalang dulu. Betapa aku sangat nasionalis dan kaku. Terlalu formal dalam mencintai Tanah Air ini. Kini perlahan aku mulai paham, dengan keterbatasan pemahamanku saat ini betapa aku merasa kecil dan tak mampu berbuat banyak untuk Negeri ini yang makin hari makin tersiksa. Kukira jika aku yang berada diposisinya aku sudah muak pada perilaku manusia-manusia yang menjengkelkan, rakus, dan terlalu ambisius dengan kedudukan. Aku sadar, otak ini akan terus tumpul jika tidak ada upaya untuk terus bergerak dan belajar. Kadang-kadang ambisius beda tipis dengan orang-orang yang sudah tertata.
Sekarang kota-kota banyak yang masuk zona merah. Ah serius ini bakal kayak di film-film?
Aku hanya manggut-manggut, kurasa Elton sepemikiran.
Bentar, tapi kok Yuri malah tambah nge-gas? Eiyaa, di kelompok cuma Yuri dan Teh Vipah yang asli orang sunda. Sisanya? Banyakan Jawa, dan diantara kami, Yuri yang paling vokal.
Kali ini memang bener-bener nampak raut gak menyenangkan di wajah Yuri.
Bib!
Notifikasi pesan masuk.
'HAHA HIHI MAHASISWA!' WhatsApp grup.
Aku buka,
Yuri-
"Allahumaa wkw"
"Mereka lg ngebodor"
"Kenapa cuma aing doang yg ngerti"
Afdalia-
"Ngebodor apaan?"
Teh Vipah-
"Pasti pake bahasa sunda wkwkwkk"
"Selama ini aja kalo mereka ngomong yg ngerti aku sm kamu doang yur wkwk"
Afdalia-
"Yang lain cuma ketawa ikut ketawa, cuma senyum senyum😂😂"
Yuri-
"Dia bilang mau ngahaneutkeun bonteng"
"Pas ker aya numeneran lancingan"
"Kitu"
"Kan ngakak kl liat lngsung mah"
"Tapi mereka pd diem"
Teh Vipah-
"Tulunk wkwkwkwkwk"
Yuri-
"Pulang yu guys"
Afdalia-
"Udah pulang aja"
"Enak rebahan😂"
Yuri-
"Aku gasuka liat si aa yg pake kacamata kaya sok iyeh @Eka"
Eka-
"Wkwkwk ya gimana lagi"
Yuri-
"Denger dia ngmngin yg aku aku tea kaya kita yg mau bikin masalah"
Afdalia-
"Hee kenapa?"
Eka-
"Bukan gitu wkwkwk"
Me-
"Akangnya tu bilang. Apa yang Karta bisa bantu,"
"Gitu senangkepku"
Elton-
"Sama"
Yuri-
"Ihh tar di posko aku jelasin"
"Bukaaan"
"Itu mah paham aku juga"
Obrolannya makin menjadi, lihat saja Yuri semakin vokal dengan khas sundanya. Aku tidak paham pasti apa yang sedang dibicarakan. Kamu pasti akan merasakan jika berada di posisiku. Memperhatikan, mendengar, mengartikan dan mengolah setiap kata yang keluar. Oh shitt!! Belum sempat menemukan benang merahnya mereka sudah mengganti topik pembicaraan lain. Ya Allah, gini emang ternyata belajar bahasa itu sangat perlu dan penting. Gw baru sadarr, semales ini belajar ngomong sunda.
Semakin lama memang sedikit nampak akangnya rada-rada. Sedikit yang aku tangkep, akangnya mungkin punya kres terhadap salah satu pihak yang ada dikelurahan. Dengerin akangnya ngomong, kita berlima saling pandang, mengangguk, dan paham apa yang harusnya kita lakukan. Yuri mengernyitkan matanya pada Eka. Seolah berkata "Eka bantuin gw ngomong, anjir". Aku melrik pada Eka yang siap untuk membantah perkataan akangnya, hanya saja keberanian Eka masih belum matang. Aku tahu bagaimana Eka, dia adalah pengkonsep yang sangat matang. Dilain sisi dia mungkin akan banyak diam dan mengenali keadaan. Setelahnya, dia akan mengolah dengan matang semua informasi-informasi yang didapat hingga menemukan benang merahnya. Saat itulah dia baru memberanikan diri untuk mengeluarkan semua yang telah tersusun diotaknya. Ibarat sebuah granat, dia akan meledak diwaktu yang tepat. Ya, kurang lebih begitulah Eka. Si pemikir.
Gelagat gak mengenakan terpancar jelas dari gestur anak-anak. Yuri lalu mengisyaratkan sesuatu padaku. Bibirnya bergerak ala dukun, komat-kamit baca mantra.
"Hah, naon?"
Serius aku gak paham maksdunya apa.
Bib, notifikasi masuk.
Yuri-
"Ndah, cari alesan orang tua mau kesini,"
"Buru"
Me-
"Gimana ngomongnya?"
"Nggak jago ngeles ih"
"Ganti lha, temen aja jan ortu"
Edan lehhh.. malah aku yang disuruh ngeles. Serius aku paling gak jago kalo ngeles.
Aku kembali menatap Yuri dan Helping, lihat bagaimana mereka memandangku dengan penuh harap.
Seolah mengisyaratkan bahwa aku adalah satu-satunya penyelamat mereka dari kandang babi yang tidak mengenakan. Bajigur. Aku memikirkan sebuah ide. Ayolahhh ide-ide datanglah! Ide-Ide datanglahh!!! Idee!!! Tringg!!
Lampu menyala terang di otakku, haha.
Call Lia
-Berdering
"Hallo Lia,"
"Iyaaa"
"Udah dimana?"
"Di rumah, Gimana?
"Sama siapa disitu?"
"Sendiri"
"Ohiya, kamu nunggu disitu aja dulu yaa, aku masih dikantor kelurahan. Mau ke RW 08 dulu ambil fd. Nggak papa?"
Lia lama sekali menjawab, ohiya dia pasti sedang bingung sekarang.
"Eh iyaa."
Njirr, gw pen ngakak saat itu juga. Denger suara Lia kayak orang baru di grebek.
"Nggak papa kan?"
"Iyaaa"
"Oke. Hah? Bentar tanya yang lain dulu,"
"Guys, ada yang mau nitip gak? Temen gw mau posko, lagi dijalan niii"
Sengaja aku bilang gitu didepan karta. Ketahuilah bahwa ini adalah sebuah kode keras. haha.
"Nggak Lia, udah martabak aja cukup. Nggak papa yaa, nungguin bentar?"
"Oh iyaa,"
"Oke makasii, Assalammualaikum. Hati-hati."
"Iyaa Waalaikumsalam,"
Tutt tuttt
Dengan sedikit drama, akhirnya bisa jadi alasan buat balik ke posko selain karna udah gak betah dengerin akangnya ngomong tapi emang hari udah mulai malam. Kira-kira setengah 11 lebih kita baru keluar aula, dan Lia langsung chat dong.
Bib.
Lia-
"Yang tadi maksudnya gimana sih?"
"Boongan kan?"
"Sumpah gak ngerti"
Ya Allah, diperjalanan aku ngakak sama Eka. Ngebayangin ekspresi Lia tengah malam ditelpon dengan topik tanpa kong-kalikong sebelumnya. Wqwk
Pulang dari kantor kelurahan, kami gak langsung ke posko. Memang benar soal ke RW 08 dulu, buat ambil flashdisk yang sempet dipinjem Kang Rizki. Kira-kira jam 23.00 kami baru sampai di posko.
...
5/12
Minggu,
Kabar tentang COVID-19 mulai meresahkan. Kasus pertama datang dari seorang ibu dan anak di Jakarta. Terpapar dari salah seorang teman luar negeri yang dikabarkan positif COVID-19.
...
6/12
Sudah menjelang 14 hari social distancing. Rasanya seperti difilm-film. Aku masih mengkarantina diri di kos. Sempat mengalami psikosomatis. Seringkali memeriksa keningku, apakah aku demam? Hidung tersumbat sekarang menjadi hal yang menakutkan. Apakah ini gejala? Pergi belanja saja was-was. Jaga jarak. Rencana untuk pulang ke kampung halaman pun dambang batas. Antara iya, atau ku urungkan saja. Aku berharap ini akan segera berakhir.
Malam tadi temen-temen baru aja ngobrol, kapan mau pindahan posko? Eka sepertinya sudah gak sabar pengen pulang. Helping over panic, sampai gak mau keluar parno dia. Saat ini test masal menjadi pilihan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi pandemi covid19. Dari hari kehari, kasus kian menambah.Perkembangan kasus terbaru terkait situasi COVID-19 di Indonesia Rabu, 25 Maret 2020 Positif 790 jiwa dalam 24 Provinsi, Meninggal 58 jiwa dan sembuh 31 jiwa. Tingkat kematian kasus di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Dari sini kurang lebihnya bisa ku lihat, betapa kacau Negeriku, baik pola pemerintahan dan moral bangsa yang semakin menurun. Aku jadi teringat saat masing penggalang dulu. Betapa aku sangat nasionalis dan kaku. Terlalu formal dalam mencintai Tanah Air ini. Kini perlahan aku mulai paham, dengan keterbatasan pemahamanku saat ini betapa aku merasa kecil dan tak mampu berbuat banyak untuk Negeri ini yang makin hari makin tersiksa. Kukira jika aku yang berada diposisinya aku sudah muak pada perilaku manusia-manusia yang menjengkelkan, rakus, dan terlalu ambisius dengan kedudukan. Aku sadar, otak ini akan terus tumpul jika tidak ada upaya untuk terus bergerak dan belajar. Kadang-kadang ambisius beda tipis dengan orang-orang yang sudah tertata.
Sekarang kota-kota banyak yang masuk zona merah. Ah serius ini bakal kayak di film-film?
Komentar
Posting Komentar